Kamis, 12 Januari 2017

TIDAK BOLEH CIUM TANGAN ORANG KAFIR

(Berikut ini Fatwa Ulama bermazhab Syafi’i yang dihormati i kalangan NU, Ibnu hajar Al Haitami(المتوفى: 974هـ)tentang tidak boleh mengagungkan orang kafir).

 (وَسُئِلَ) نَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى بِعُلُومِهِ هَلْ يَجُوزُ لِلْمُسْلِمِ أَنْ يُقَبِّلَ يَدَ الْحَرْبِيِّ الْمُشْرِكِ وَأَنْ يَقُومَ إلَيْهِ وَأَنْ يُصَافِحَهُ وَأَنْ يَتَخَضَّعَ إلَيْهِ وَكُلُّ ذَلِكَ لِيَنَالَهُ مِنْهُ مَالِيَّةٌ وَإِذَا قُلْتُمْ بِعَدَمِ الْجَوَازِ فَمَا يَتَرَتَّبُ عَلَيْهِ وَمَاذَا يَلْزَمُهُ؟

(فَأَجَابَ) بِقَوْلِهِ لَا يَجُوزُ لِلْمُسْلِمِ أَنْ يُعَظِّمَ الْكَافِرَ بِنَوْعٍ مِنْ أَنْوَاعِ التَّعْظِيمِ سَوَاءٌ الْمَذْكُورَاتُ وَغَيْرُهَا وَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ طَمَعًا فِي مَالِ الْكَافِرِ فَهُوَ آثِمٌ جَاهِلٌ كَيْفَ وَقَدْ قَالَ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – «مَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِأَجْلِ غِنَاهُ ذَهَبَ ثُلُثَا دِينِهِ» فَإِذَا كَانَ التَّوَاضُعُ لِلْمُسْلِمِ الْغَنِيِّ يُذْهِبُ ثُلُثَيْ الدَّيْنِ فَمَا بَالُك بِالتَّوَاضُعِ لِلْكَافِرِ، وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ.

الفتاوى الفقهية الكبرى (4/ 223)

Ibnu hajar Al Haitami (المتوفى: 974هـ) diberikan pertanyaan Fatwa;
Bolehkan bagi seorang muslim, Menciumi tangan kafir harbi, Juga berdiri menyambutnya dan menyalaminya dan melakukan penghormatan kepadanya yang mana hal itu di lakukan untuk memperoleh uang darinya? Jika anda berpendapat tidak boleh, Maka apa yang akan berdampak kepadanya juga yang wajib baginya?
Beliau menjawab:
Bagi orang muslim tidak boleh mengagungkan orang kafir dengan cara tersebut dan sebagainya. Barangsiapa yang melakukannya untuk memperoleh harta si kafir, Maka dia merupakan pendosa yang bodoh. Bagaimana tidak? Sedangkan Nabi Shollallahu alaihi wasallam telah bersabda; “Barangsiapa yang tawadlu’ kepada orang kaya karena kekayaannya, Maka hilanglah dua pertiga agamanya”. Jika tawadlu’ terhadap sesama muslim yang kaya saja dapat menghilangkan dua pertiga agama, Apalagi tawadlu’ terhadap orang kafir? Wallahu alam. (Al Fatawa al Fiqhiyah al Kubro)

Pidato Meryl Streep mengenai Donald Trump

"Silakan duduk. Terima kasih. Saya cinta Anda semua. Anda harus memaafkan saya. Saya sudah kehilangan suara karena berteriak dan meratap akhir pekan ini. Dan saya sempat kehilangan akal beberapa bulan lalu. Jadi saya harus membaca (pidato ini).

Terima kasih, Hollywood Foreign Press. Sekadar mengutip Hugh Laurie: Anda dan kita semua di ruangan ini sebenarnya merupakan segmen yang paling difitnah dalam masyarakat Amerika sekarang. Pikirkan saja: Hollywood, orang asing dan pers.

Tapi siapakah kita, dan apa itu Hollywood sebenarnya? Hanyalah sekelompok orang dari tempat lain. Saya lahir dan dibesarkan dan dididik di sekolah-sekolah umum New Jersey. Viola (Davis) lahir di sebuah pondok petani di Carolina Selatan, datang dari Central Falls, Rhode Island; Sarah Paulson lahir di Florida, dibesarkan oleh seorang ibu tunggal di Brooklyn. Sarah Jessica Parker adalah salah satu dari tujuh atau delapan anak di Ohio. Amy Adams lahir di Vicenza, Italia. Dan Natalie Portman lahir di Yerusalem. Di mana akta kelahiran mereka? Dan Ruth Negga yang cantik lahir di Addis Ababa, Ethiopia, dibesarkan di London - tidak, saya yakin di Irlandia, dan dia di sini dinominasikan karena memerankan seorang gadis di Virginia.

Ryan Gosling, seperti semua orang-orang terbaik, adalah orang Kanada, dan Dev Patel lahir di Kenya, dibesarkan di London, dan di sini memerankan seorang India yang dibesarkan di Tasmania. Jadi Hollywood dipenuhi orang luar dan orang asing. Dan jika kita mengusir mereka semua, Anda tak akan memiliki apa-apa untuk ditonton selain sepakbola (futbol) dan seni beladiri campuran (mixed martial arts) yang jelas bukan seni.

Mereka memberi saya tiga detik untuk mengatakan ini, jadi: pekerjaan seorang aktor adalah memasuki kehidupan orang-orang yang berbeda dari kita, dan membiarkan Anda merasakan bagaimana rasanya. Dan ada banyak, banyak, banyak penampilan (aktor) yang kuat tahun ini. (Yang) Mengagumkan, pekerjaan penuh kasih.

Tapi ada satu penampilan tahun ini yang mengagetkan saya. Tenggelam menyangkut di hati saya. Bukan karena itu baik; tidak ada hal baik tentangnya. Tapi itu efektif dan berhasil mempengaruhi. Hal itu membuat audiens yang dituju tertawa, menunjukkan gigi mereka. Itu adalah saat ketika orang yang ingin duduk di kursi paling dihormati di negara kita meniru seorang reporter difabel. Seseorang yang di bawah kelasnya dalam keistimewaan, kekuatan, maupun kapasitas untuk melawan. Menghancurkan hati saya ketika melihatnya, dan saya masih tak bisa menghilangkannya dari benakku karena itu bukan adegan film. Itu kehidupan nyata. Dan insting mempermalukan ini, ketika dicontohkan oleh seseorang di platform publik, oleh seseorang yang kuat, tersaring ke dalam kehidupan semua orang, karena seperti memberikan izin bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Pelecehan mengundang pelecehan, kekerasan menghasut kekerasan. Dan ketika orang kuat menggunakan posisi mereka untuk mem-bully orang lain, kita semua kalah. Oke, jalanilah itu.

Oke, ini (kemudian) membawaku kepada pers. Kita perlu pers yang berprinsip untuk menjaga kekuasaan, untuk mengritiknya atas setiap kemarahan. Itu sebabnya pendiri negara kita mencatatkan pers dan kebebasannya ke dalam Konstitusi. Jadi saya meminta Hollywood Foreign Press yang terkenal makmur dan semua di komunitas kita, untuk bergabung dengan saya dalam mendukung Komite Perlindungan Jurnalis, karena kita akan membutuhkan mereka (wartawan) ke depan, dan mereka akan membutuhkan kita untuk menjaga kebenaran.

Satu hal lagi: Suatu ketika, saat saya sedang berdiri di set (syuting film), mengeluh tentang sesuatu - Anda tahu apakah kami akan bekerja hingga makan malam atau jam kerja yang panjang atau apa pun, Tommy Lee Jones berkata kepada saya, "Bukankah sebuah keistimewaan, Meryl, hanya menjadi seorang aktor?" Ya, memang, dan kita harus saling mengingatkan soal keistimewaan itu dan tanggung jawab berempati. Kita semua harus bangga dengan pekerjaan yang dianugerahi Hollywood itu di sini malam ini.

Sebagaimana teman saya, Princess Leia tersayang yang telah pergi, pernah berkata kepada saya, "Ambillah hatimu yang patah, buatlah menjadi seni."