Selasa, 18 November 2008

-KISAH-KISAH MLM

sebagai pelajaran bagi yg belum tahu jadi tahu, yg sdh tahu jadi ngerti, yg sdh ngerti jadi faham dan yg sudah faham.. silahkan berbagi ....caw
CERITA 1
bicara tentang bisnis MLM, beberapa bulan lalu, saya kedatangan mantan teman sekolah, seharusnya, tidak ada kata mantan untuk teman, tetapi yang ini lain. Tengah malam itu, begitu mak bruk sampai di rumah, ponsel saya berdering (bukan kring..kring ... seperti bunyi telepon di kecamatan, hehe..) Rupanya, si teman yang kini bermukim di kota lain itu, tahu betul saya masih melek sampai larut (mungkin juga dia membaca KoKi, yang biasa muncul lewat tengah malam). Namun, untuk menerima tamu pada jam itu, tentu lain cerita. Si teman ini mengatakan, ia harus menemui saya malam itu, penting! Tanpa bersedia menjelaskan seberapa penting urusan penting tadi. Jadilah, kunci mengunci pintu dan pagar rumah dibatalkan, eh siapa tahu mendapat oleh-oleh lumpia Semarang yang uenaak itu. Ketika teman ini muncul satu jam kemudian, boro-boro membawa oleh-oleh, ujug-ujug dia mengeluarkan flash disk, meminta saya membuka laptop, dan beberapa detik kemudian di layar monitor muncullah semua keterangan, bagan, dan tetek bengek tentang jaringan bisnis MLM yang kini digelutinya. Mak deg, hati saya berkata, "Gile nih, gue dikerjain." Singkat cerita, "presentasi" itu berakhir pukul 2 dinihari, dan sampai di pintu mobil pun dia masih nyerocos meyakinkan saya untuk bergabung dalam bisnis MLM, dengan berbagai iming-iming. Saya hanya bisa senyum-senyum kecut sambil mengeleng-gelengkan kepala, semua kata-kata rasanya tercekat di tenggorokan saking juengkel-nya (jengkel banget, maksudnya).
Setelah kejadian itu, beberapa waktu kemudian, saya senyum-senyum menerima surat dari pembaca KoKi, kalau nggak salah Arzeti di Malaysia, yang bercerita kalau angannya sempat melambung ketika ditelepon mantan kekasihnya-nya yang mengajaknya bertemu. Sayangnya, bukan kenangan romantis yang didapatnya, sepanjang "kencan" itu si mantan malah sibuk mempromosikan bisnis MLM-nya.
Begitulah, dorongan manusia untuk memiliki segala sesuatu dan sebanyak-banyaknya merupakan semangat yang semakin umum dan dapat dijumpai di mana-mana. Sistem pemasaran bertingkat atau MLM pun menjanjikan hal itu. Berbagai bonus atraktif dijanjikan kepada para distributor. Tak hanya barang-barang konsumtif, sepeda motor, mobil mewah, rumah mentereng, atau komisi puluhan juta rupiah saban bulan, tapi juga naik haji, dan wisata ke luar negeri.
"Isi pikirannya sekarang hanya uang, uang, uang, harus kaya, harus sukses, harus berhasil. Mungkin tidak ada yang salah mengenai itu, tapi kehidupan kami boleh dikata hancur gara-gara pandangan tersebut," Mencapai sukses materi bukanlah satu hal buruk, hanya saja, acapkali dorongan dalam soal ini cenderung kebablasan, tak tahu lagi mana batas cukup, dan orang terus melakukan apa saja agar mencapai standar ukuran keberhasilan yang dikehendakinya.
Filosofi hidup: "Lebih besar lebih baik, semakin banyak semakin bagus", banyak dianut orang.
Elaine St James dalam Simplify Your Life, mengatakan, pengalaman keseharian mengajarkan, filosofi hidup tak selalu benar. Hasrat memiliki lebih dan selalu ingin lebih, sebagaimana dihayati banyak orang, ternyata bisa menambah beban kerepotan, menimbun berbagai ketidakpuasan, atau menambah kelelahan yang tak perlu. Termasuk pula, menghasilkan gangguan yang tak menyenangkan, baik terhadap keluarga, teman, maupun diri sendiri.

CERITA 2
Sebelumnya orang yang sama juga menelpon temen saya, malah sampai dateng ke kontrakan kita,pake Motor(keliatan banget mahasiwanya)..trus dia nunggu lamaa banget, temen saya gak datang-datang. Habisnya dikerjain temenku sih. Saya sih cuma ketawa-ketiwi aja dikamar sendirian.
Nah jelas kan, masak mau buka supermarket harus repot-repot ngajak orang lain, yang gak kenal pulak, orang gak ada duit diajak pulak,sampai rela nelp habis2in pulsa ke orang yang tidak dikenal pulak..aneh kan?ketemuan di kontrakan?halah, paling ujung2nya disuruh ikut MLM. Ketahuan banget.
Menurut saya ini adalah modus operandi yang baru, korbannya umumnya pengangguran, mahasiswa baru, orang pingin kerja tapi bingung, dan sesama penipu juga.
Paling bukan supermarket seperti pada umumnya, tapi malah bikin Stokist Center, buat pusat operasi jaringannya

CERITA 3
Subtansinya adalah ini karena terlalu bernafsu begitu mendengar ajakan untuk berkenalan dan membicarakan sebuah peluang bisnis di ranah yang saya memang tengah berjibaku didalamnya. Saya tidak benar-benar silap karena memang pada awal pembicaraan ajakan diskusi bisnis IT itulah yang dia ungkapkan. Dia ini adalah seorang kenalan baru yang dikenalkan seorang kenalan agak lama.
Tepat adzan maghrib berkumandang saya sudah sampai di wisma Dharmala Sakti, selekas sholat maghrib di mushola mungil namun cukup nyaman, sayapun bergegas menuju lobi. Saya memang datang terlampau awal, masih ada waktu hampir 1 jam dari waktu yang disepakati untuk bertemu, 19.20. Deuh, di lobi tidak tersedia kursi terpaksa numpang di kafe Excelso dan terpaksa lagi pesan secangkir Amazing Toraja. *yang amazing adalah harganya karena rasanya tidak lebih sedap dibanding kopi kapal api adukan sendiriMenjelang waktunya dia muncul, ngobrol basa-basi sedikit kemudian dia bilang kalau kenalannya yang katanya mau diskusiin bisnis itu sudah pesan tempat dibawah. *asli belum curiga sama sekali, prasangka baik saja Begitu sampai dibawah kok ramai, ada meja pendaftaran bayar uang 10rb. Dan ruangan terlihat ditata untuk presentasi, sayapun tertawa dalam hati. *cni apa tianshi nih?
Saya duduk dan langsung teringat apa yang pernah dialami mas Wisnu. Seorang MC membuka acara, kemudian seseorang yang belakangan dikenalkan sebagai Diamond Direct *bener gak nih istilahnya? membawakan presentasi. Dimulakan dengan jargon kang Robert mengenai kuadran-kuadran dan berikutnya bla-bla-bla bicara sistem, dukungan terhadap bisnis, independent business owner, poin, skala bisnis dan bla-bla-bla seperti mlm pada umumnya.
Sampai pada ujung baru dinyatakan bahwa bisnis ini adalah Amway *dan juga menyebut-nyebut Quixtar dan Network TwentyOne dan bla-bla-bla sebaiknya sehabis ikut presentasi ikut semacam seminar bisnis, kemudian seminar kepemimpinan dan bla-bla-bla. Secara sudah menjadi salah satu poin dalam resolusi 2007 untuk lebih mampu sabar, maka saya coba simak baik-baik setiap yang diucapkan untuk bisa jadi bahan ngeblog. Diantara rentang presentasi yang dibawakan dengan cukup menarik tapi tetap bikin eneg, dipaparkan 6 langkah untuk masuk dalam bisnis ini; salah satunya adalah _buat_janji_ dan pada poin ini dijelaskan dalam membuat janji (presentasi) sebaiknya tidak menyebutkan Amway dari awal. Pantesan saya bisa terjebak begini, ternyata ini bagian dari doktrin mereka. *sigh…Pada sesi istirahat selama 10 menit, saya langsung izin pamit pulang duluan, tidak berminat sama sekali.
Ok, sekarang waktunya kalimat pernyataan sikap. Entah sejak kapan, tiap kali mendengar kata mlm, maka saya langsung eneg dan malam ini saya mendapatkan tambahan rasionalisasi untuk makin alergi dengan mlm. Persis apa yang disampaikan mas Wisnu pada tulisan yang saya taut diatas, mungkin tidak sedikit orang yang sukses dengan menjalani bisnis mlm, tapi bagi saya mlm adalah _gak_gw_banget_. Banyak produk yang diperkenalkan sebagai barang dagangan, namun saya menangkapnya tidak lebih sebagai topeng karena sesungguhnya kita tidak tengah berjualan produk tapi lebih kepada bagaimana sistem dan jaringan dan anggota (dan sedikit tipu-tipu berbumbu mimpi) terus berkembang, entah produknya terjual ataukah tidak.
Dan setelah dicekricek, ternyata kenalan agak lama yang mengenalkan kenalan baru yang ‘menjebak’ saya dalam presentasi Amway malam ini juga anggota Amway. Ini mah sindikat, saya mengistilahkannya sebagai pencideraan terhadap nilai-nilai silaturahim.

CERITA 4
Asal tahu aja semua orang punya hati dan perasaan yang adanya di jantung,. sakit rasanya kalo tak sesuai dgn harapan .......................................

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Pendekatannya memang suangat kasar dan itu dibolehkan atau dianjurkan oleh para mentornya spt jangan sebut nama mlm, kesan suangat penting, dan selalu terburu2, terkesan daan terasa memaksa... saya ketika siap tentu akan lebih mudah menghadapinya tetapi yang tidak tahu awalnya sangat merasa tretipu.. seperti aqyu kasihan deh aqyu... tapi kadang kasihan juga kan diteror terus bahasa mereka tentu bukan itu maksudnya...tapi ya kerasa begitu... tapi diluar cara pendekatan mereka yang kuasar kotoh-tokoh mereka patut diacungi jempol sehingga sampai pada tujuan mereka.apakah mereka bahagia... tentu mereka yg tahu..apakah mereka puas terhadap para korbannya? apakah mereka dengar kutukan para korbannya? tentu tak pernah ada keinginan utk itu... hidup ini pilihan dan akyu tdk memilih bisnis ini

naufal mengatakan...

maksudnya tidak begitu!! tapi sakit rasanya di geloyorin kayak gitu