DIAMBIL DARI SUMBER2 BEBAS OLEH ARIEF SURYADI
Dalam mencari tombol ikhlas yang sebenarnya sudah ada dalam diri kita, tak jarang kita harus memutar jauh hanya untuk menemukan letaknya, dan bagaimana cara menyalakannya.
Sebuah analogi dari Joe Vitale mungkin bisa mewakili pencarian tombol ikhlas tersebut.
Bayangkan diri anda berada dalam suatu ruangan yang sangat gelap, tak ada cahaya sedikitpun. Tetapi sebelumnya anda diberitahu bahwa di dalam ruangan tersebut telah tersedia segala sesuatu yang anda inginkan. Dan yang lebih penting lagi, ada lampu yang bisa dinyalakan.
Kemudian mulailah anda meraba-raba dinding mencari saklar untuk menyalakan lampu. Tetapi semakin anda mencari dari satu sisi dinding ke dinding lainnya, anda tak kunjung menemukannya. Lalu anda mulai lelah mencari, dan anda pun mengeluh, "Tidak ada saklar lampu di sini, saya telah dibohongi".
Rasa frustasi mendorong anda untuk keluar dari ruangan itu dan melupakan apa yang anda inginkan. Tetapi, ketika hendak keluar, terbersit pikiran bahwa mungkin saklar tersebut bukan berada di dinding atas. Lalu mulailah anda mencoba mengubah persepsi anda bahwa saklar untuk menyalakan lampu belum tentu selalu ada di dinding atas, anda pun mulai mencarinya di dinding bagian bawah walaupun hal itu terasa janggal.
Ternyata, setelah pencarian sekian lama, anda menemukan bahwa saklar tersebut benar-benar berada di dinding bawah yang berdekatan dengan lantai. Anda pun mulai menekannya kebawah, tapi...tak terjadi apa-apa, lampu tidak menyala. Anda bingung...tapi, anda tidak menyerah, lalu anda mencoba menekannya ke samping...dan ternyata bisa! Cahaya pun menyebar memenuhi seisi ruangan. Dan anda bisa melihat jelas...semua yang anda inginkan telah tersedia di dalam ruangan tersebut, siap untuk anda ambil.
Kegelapan ruangan mewakili keraguan, ketakutan, kekhawatiran, rasa kekurangan dan tumpukan segala beban emosi yang menutupi hati kita sehingga tak mampu melihat keindahan yang sebenarnya telah tersedia berlimpah di sekeliling kita. Keinginan untuk mendapatkan solusi yang instan seringkali membuat pikiran tertuju pada letak saklar yang salah yang berupa fokus pada rasa kekurangan, sehingga kita luput melihat saklar yang berbentuk 'rasa syukur' atas apa yang telah kita miliki dan atas segala nikmat yang telah kita terima.
Jangan menyerah untuk menemukan tombol keikhlasan yang sebenarnya sudah tersedia dalam diri kita. Nikmati prosesnya. Kita hanya perlu peka untuk menemukan 'klik'nya. Anda bisa. Kita pasti bisa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar