Rabu, 14 September 2016

Ada apa dengan Umur 40 tahun dan selebihnya

Sobekan 1.
Ada ungkapan Life Begins at Forty. Hidup baru nendang setelah usia 40 tahun. Begitulah kira-kira bahasa gaul sekarang. Kali ini ada artikel tentang usia 40 tahun yang ditinjau dari sudut pandang Islam. Mudah-mudahan bermanfaat bagi umat Islam di CitraIndah.

Ketika Al-Qur’an menyebut sesuatu di dalam ayat-ayat-Nya, tentu ada yang sangat penting atau perlu diperhatikan terhadap sesuatu tersebut. Demikian juga ketika Al-Qur’an memberikan apresiasi tersendiri terhadap tahapan manusia kala mencapai usia 40 tahun yang disebutkan di dalam ayatnya secara eksplisit. Allah swt. berfirman,

حَتَّى إَذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِى أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِى إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdoa, “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (Q.S. al-Ahqâf: 15)

Menurut para pakar tafsir, usia 40 tahun disebut tersendiri pada ayat ini, karena pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosional, karya, maupun spiritualnya. Orang yang berusia 40 tahun benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan beralih menapaki usia dewasa penuh. Apa yang dialami pada usia ini sifatnya stabil, mapan, kokoh. Perilaku di usia ini karenanya akan menjadi ukuran manusia pada usia-usia berikutnya.

Doa yang terdapat dalam ayat tersebut tentu dianjurkan untuk dibaca oleh mereka yang berusia 40 tahunan. Apalagi mereka yang usianya di atasnya. Di dalamnya tampak terkandung uraian berbagai gejala orang yang berusia 40 tahun, yaitu:

nikmat yang sempurna telah diterimanya dan diterima oleh orang tuanya,
kecenderungan diri untuk beramal yang positif,
rumah tangga yang beranjak harmonis,
kecenderungan diri bertaubat dan kembali kepada Sang Pencipta, dan
ketegasannya mendeklarasikan diri sebagai pemeluk agama Islam.

Pada ayat yang lain, Allah swt. berfirman,

أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيْرُ

Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam tempo yang cukup untuk berpikir bagi orang-orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan? (Q.S. Fâthir: 37)

Menurut Ibnu Abbas, Hasan al-Bashri, al-Kalbi, Wahab bin Munabbih, dan Masruq, yang dimaksud dengan “umur panjang dalam tempo (tenggang waktu) yang cukup untuk berpikir” dalam ayat tersebut tidak lain adalah kala berusia 40 tahun.

Mengapa umur 40 tahun begitu penting?

Dalam tradisi Islam, usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 (empat) periode, yaitu
1) periode kanak-kanak atau thufuliyah,
2) periode muda atau syabab,
3) periode dewasa atau kuhulah, dan
4) periode tua atau syaikhukhah.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyebut periode kanak-kanak itu mulai lahir hingga baligh, muda mulai dari usiabaligh sampai 40 tahun, dewasa usia 40 tahun sampai 60 tahun, dan usia tua dari 60-70 tahun.

Usia 40 tahun dengan demikian adalah usia ketika manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih menapaki masa dewasa penuh yang disebut dengan usia dewasa madya (paruh baya) atau kuhulah. Hal ini sesuai dengan pendapat pakar psikologi seperti Elizabet B. Hurlock, penulis “Developmental Psychology”. Katanya, “masa dewasa awal” atau “early adulthood” terbentang sejak tercapainya kematangan secara hukum sampai kira-kira usia 40 tahun. Selanjutnya adalah masa setengah baya atau “middle age”, yang umumnya dimulai pada usia 40 tahun dan berakhir pada usia 60 tahun. Dan akhirnya, masa tua atau “old age” dimulai sejak berakhirnya masa setengah baya sampai seseorang meninggal dunia. Nuansa kejiwaan yang paling menarik pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agama (religiusitas dan spiritualisme) setelah pada masa-masa sebelumnya minat terhadap agama itu boleh jadi kecil sebagaimana diungkapkan oleh banyak pakar psikologi sebagai “least religious period of life”.

Oleh karena itu, dengan berbagai keistimewaannya, maka patutlah jika usia 40 tahun disebut tersendiri di dalam al-Qur’an. Dan karenanya, tidaklah heran jika para Nabi diutus pada usia 40 tahun. Nabi Muhammad saw. diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, kecuali Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as., mereka diutus menjadi nabi ketika usia mereka genap 40 tahun.

Di banyak negara ditetapkan, untuk menduduki jabatan-jabatan elit yang strategis, seperti kepala negara, disyaratkan bakal calon harus telah berusia 40 tahun. Masyarakat sendiri tampak cenderung baru mengakui prestasi seseorang secara mantap tatkala orang itu telah berusia 40 tahun. Soekarno menjadi presiden pada usia 44 tahun. Soeharto menjadi presiden pada umur 46 tahun. J.F. Kennedy 44 tahun. Bill Clinton 46 tahun. Paul Keating 47 tahun. Sementara Tony Blair 44 tahun.

Apa keistimewaan usia 40 tahun?

Salah satu keistimewaan usia 40 tahun tercermin dari sabda Rasulullah saw.,

العَبْدُ الْمُسْلِمُ إِذَا بَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً خَفَّفَ اللهُ تَعَالَى حِسَابَهُ ، وَإِذَا بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً رَزَقَهُ اللهُ تَعَالَى الْإِنَابَةَ إِلَيْهِ ، وَإِذَا بَلَغَ سَبْعِيْنَ سَنَةً أَحَبَّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ، وَإِذَا بَلَغَ ثَمَانِيْنَ سَنَةً ثَبَّتَ اللهُ تَعَالَى حَسَنَاتِهِ وَمَحَا سَيِّئَاتِهِ ، وَإِذَا بَلَغَ تِسْعِيْنَ سَنَةً غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَشَفَّعَهُ اللهُ تَعَالَى فِى أَهْلِ بَيْتِهِ ، وَكَتَبَ فِى السَّمَاءِ أَسِيْرَ اللهِ فِى أَرْضِهِ – رواه الإمام أحمد

Seorang hamba muslim bila usianya mencapai empat puluh tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya). Jika usianya mencapai enam puluh tahun, Allah akan memberikan anugerah berupa kemampuan kembali (bertaubat) kepada-Nya. Bila usianya mencapai tujuh puluh tahun, para penduduk langit (malaikat) akan mencintainya. Jika usianya mencapai delapan puluh tahun, Allah akan menetapkan amal kebaikannya dan menghapus amal keburukannya. Dan bila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan dosa-dosanya yang belakangan, Allah juga akan memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya, serta Allah akan mencatatnya sebagai “tawanan Allah” di bumi. (H.R. Ahmad)

Hadits ini menyebut usia 40 tahun paling awal, dimana isinya bermakna bahwa orang yang mencapai usia 40 tahun dan ia tetap memiliki komitmen terhadap penghambaan kepada Allah swt. sekaligus memiliki konsistensi terhadap Islam sebagai pilihan keberagamaannya, maka Allah swt. akan meringankan hisabnya. Perhitungan amalnya akan dimudahkan oleh Allah swt. Ini merupakan suatu keistimewaan tersendiri, karena dihisab, diteliti secara detail, diinterogasi secara berbelit-belit, merupakan suatu tahapan di akhirat yang sangat sulit, pahit, lama, dan mencekam tak ubahnya disiksa, betapa pun siksa yang sebenarnya belum dilaksanakan.

Orang yang usianya mencapai 40 tahun mendapatkan keistimewaan berupa hisabnya diringankan. Boleh jadi ini karena untuk mencapai usia 40 tahun dengan tingkat penghambaan dan keberagamaan yang konsisten tentulah membutuhkan proses perjuangan yang melelahkan.

Tetapi, umur 40 tahun merupakan saat harus waspada juga. Ibarat waktu, orang yang berumur 40 tahun mungkin sudah masuk ashar. Senja. Sebentar lagi maghrib. Sahabat Qotadah, tokoh generasi tabiin, berkata, “Bila seseorang telah mencapai usia 40 tahun, maka hendaklah dia mengambil kehati-hatian dari Allah ‘azza wa jalla.”

Bahkan, sahabat Abdullah bin Abbas ra. dalam suatu riwayat berkata, “Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak unggul mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.”

Nasihat yang diungkap oleh dua sahabat besar tersebut memberikan pengertian bahwa manusia harus mulai bersikap waspada, hati-hati, dan mawas diri dalam aktivitas pengabdiannya kepada Allah swt. manakala usianya telah mencapai 40 tahun. Ia ditekankan untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan amal kebajikan yang telah dibiasakannya pada usia-usia sebelumnya. Tidak justru “tua-tua keladi”, makin tua dosanya makin menjadi-jadi. Secara keras, Ibnu Abbas ra. mengingatkan manusia yang berumur 40 tahun dan amal kebajikannya masih kalah dibanding dengan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.

Atas dasar ini, penduduk Madinah dahulu yang didominasi oleh para sahabat Nabi Saw. ketika usia mereka telah mencapi 40 tahun, mereka konsentrasi beribadah. Mereka mulai memprioritaskan hari-harinya untuk aktivitas ibadah. Kesibukan mencari materi mereka kurangi dan beralih memfokuskan diri pada kegiatan yang bersifat non-materi, dalam rangka memobilisasi bekal sebanyak-banyaknya bagi kehidupan setelah mati. Hal yang sama dilakukan oleh penduduk Andalusia, Spanyol.

Imam asy-Syafi’i tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan seraya memakai tongkat. Jika ditanya, jawab beliau, “Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya saja yang masih tertambat dalam sangkar. Komitmenku sekarang seperti itu juga. Aku tidak memiliki sisa-sisa syahwat untuk menetap tinggal di dunia. Aku tidak berkenan sahabat-sahabatku memberiku sedikit pun sedekah dari dunia. Aku juga tidak berkenan mereka mengingatkanku sedikit pun tentang hiruk pikuk dunia, kecuali hal yang menurut syara’ lazim bagiku. Di antara aku dan dia ada Allah.”

Syeikh Abdul Wahhab asy-Sya’rani dalam kitab “al-Bahr al-Maurûd” menyatakan, “Kita memiliki keterikatan janji manakala umur kita telah mencapai 40 tahun, bahwa kita harus melipat alas tidur kecuali bila terkuasai (yakni, kantuk berat datang dan tak bisa dihindari), kita tidak boleh alpa dari keberadaan kita sebagai para musafir ke negeri akhirat di setiap detak nafas, sehingga kita tidak merasa memiliki kenyamanan sedikit pun di dunia. Kita harus melihat sedetik nafas dari umur kita setelah usia 40 tahun sebanding dengan 100 tahun dari umur sebelumnya. Begitulah. Pasca usia 40 tahun, tidak ada rehat bagi kita, tidak lagi berebutan atas suatu jabatan (kursi), tidak juga merasa senang dengan sedikit pun dari dunia. Semua itu karena sempitnya usia pasca 40 tahun. Tidaklah pantas orang yang berada di ujung kematian berlaku lalai, lupa, santai, dan bermain-main.”

Lantas, apa yang harus kita lakukan ketika menginjak usia 40 tahun? Beberapa yang disebutkan Ahmad Syarifuddin dalam bukunya ini adalah:
1. Meneguhkan tujuan hidup
2. Meningkatkan daya spiritualisme
3. Menjadikan uban sebagai peringatan
4. Memperbanyak bersyukur
5. Menjaga makan dan tidur
6. Menjaga konsistensi dan kontinuitas

Jika ada yang mengatakan bahwa: Life began at forty, saya cenderung berpendapat bahwa kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan religius, kehidupan yang berfokus dan konsentrasi untuk persiapan menuju negeri akhirat. Karena bagaimanapun, statemen Helen Rowland itu belum selesai. Lanjutnya, … but so do fallen arches, rheumatism, faulty eyesight, and the tendency to tell a story to the same person, three or four times. Kehidupan memang dimulai umur 40 tahun, tetapi pada saat itu kita juga mulai cekot-cekot, reumatik, rabun, dan kecenderungan pikun.

Karena itu, agaknya syair Ali bin Abi Thalib ra. ini bisa dijadikan renungan,

إِذَا عَاشَ الْفَتَى سِتِّيْنَ عَامًا # فَنِصْفُ الْعُمْرِ تَمْحَقُهُ اللَّيَالِي وَرُبْعُ الْعُمْرِ يَمْضِى لَيْسَ يُدْرَى # أَيُقْضَى فِى يَمِيْنٍ أَوْ شِمَالِ وَرُبْعُ الْعُمْرِ أَمْرَاضٌ وَشَيْبٌ # وَشُغْلٌ بِالتَّفَكُّرِ وَالْعِيَالِ

Jika seorang pemuda dikaruniai usia 60 tahun, maka separuh usianya habis oleh tidur di malam hari. Sementara seperempat usianya berlalu tanpa diketahui, apakah dijalankan ke kanan atau ke kiri. Seperempat usianya yang lain dimangsa oleh sakit, uban, dan kesibukan mengurus keluarga.

Jika umur kita pada kenyataannya lebih banyak yang kita habiskan untuk sesuatu yang tidak berguna, maka kiranya kini saatnya untuk tidak lagi menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Sebagaimana sahabat Abdullah bin Umar r.a. pernah menceritakan hadits dari Rasulullah Saw. yang perlu dicamkan berkaitan dengan hal ini.

Rasulullah Saw. memegang kedua pundakku dan bersabda, “Jadilah di dunia seakan-akan kamu orang asing (perantau) atau pengembara (musafir).” Abdullah bin Umar ra. berkata, “Jika berada di waktu sore, jangan menanti waktu pagi. Jika berada di waktu pagi, jangan menanti waktu sore. Pergunakanlah (rebutlah) masa sehatmu (dengan amal-amal shaleh) untuk bekal (antisipasi) masa sakitmu dan masa hidupmu untuk bekal (antisipasi) masa matimu.” (H.R. Bukhari).

Semoga kita digolongkan hamba-Nya yang mampu mengisi umur kita dengan sebaik-baiknya sehingga meringankan hisab kita besok di akhirat. Amin.

sumber : http://bahtiarhs.net

Sobekan 2.
Rasullullah s.a.w berpesan pada orang lelaki & perempuan yg berusia 40 tahun atau hampir dgn usia ini,
secukupnya harus persiapkan diri dgn kematian dalam hidup kamu, Jika kamu tidak dapat DUNIA diusia ini jangan kamu kejar lagi dunia ini. Nanti kamu tidak akan terkejar dgn AKHIRAT, Sesiapa yg dalam usia ini tiba2 masih tidak berubah juga dalam kehidupan dia dan tidak menjadikan diri dia makin Soleh & taat pada perintah Allah, Dibimbangi dia Nya tidak akan diberi lagi HIDAYAH oleh Allah s.w.t. “Allahu Robbi Jika seseorang itu tidak lagi mendapat hidayah dan petunjuk dari aallah,apa akan jadi pada kehidupan kita nanti, sementara masih diberi peluang, gunakan sebaik mungkin, jangan biar kasih sayang Allah ini jauh dari kita.
sedikit mengingatkan  buat diriku & sahabat2ku
Masa hidup setelah usia 40 tahun, di mana hadits Rasul kiss emotikon
” Rasullullah yang memerintahkan laki-laki & perempuan yang berusia 40 tahun atau hampir dengan usia ini, harus mempersiapkan diri cukup dengan kematian dalam hidup anda, jika anda tidak mendapatkan dunia ini pada usia. Jangan Anda mendapatkan dunia ini lagi. Nanti Anda tidak akan berjalan dengan orang-orang yang ingin datang, tiba di usia ini masih belum berubah terlalu dalam hidupnya dan menjadikan dia sendiri kebenarannya & ketaatan kepada perintah Allah, dia akan dibimbangi-nya dipimpin oleh Allah lagi ” Allahu S.W.T. Ya Tuhan jika seseorang itu tidak lagi memberikan petunjuk dan petunjuk dari Allah akan di kehidupan kita nanti, selagi masih diberi kesempatan, gunakan sebanyak mungkin, jangan biarkan cinta ini Allah jauh dari kita.
Manusia memiliki umur 40 tahun keatas mempunya kematang berfikir
Dalam usia inilah manusia telah memiliki kematangan dalam cara berpikir dan bertindak, maka diharapkan bahwa jika seseorang sudah mencapai usia 40 tahun keatas cara berpikir dan tindakannya sudah dengan matang dan penuh perhitungan. Bahkan seseorang yang sudah mencapai usia 40 tahun berarti akalnya sudah sampai pada tingkat kematangan berfikir serta sudah mencapai kesempurnaan kedewasaan dan budi pekerti. Sehingga secara umum, tidak akan berubah kondisi seseorang yang sudah mencapai usia 40 tahun.
Al-Tsa’labi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya ALLAH menyebutkan usia 40 tahun karena ini sebagai batasan bagi manusia dalam keberhasilan maupun keselamatannya.
Pada usia keistimewaan 40 tahun inilah, ALLAH Subhaanahu Wa Ta’ala telah menyebutkan usia 40 tahun dengan tegas di dalam al-Qur’an dan menjadi perhatian khusus bagi umat muslim, oleh karena itu bila kita perhatikan dari kehidupan para ulama terdahulu (Salafush Shalih) saat memasuki usia ini, mereka berusaha mencapai kebaikan amal mereka dan menjadikannya hari2 terbaik dalam hidupnya.
ALLAH Subhaanahu Wa Ta’ala  berfirman :

Sehingga apabila dia telah dewasa dan usianya mencapai empat puluh tahun, ia berdo’a : “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat ENGKAU yang telah ENGKAU berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang ENGKAU ridhoi; berilah kebaikan kepadaku dengan memberikan kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada ENGKAU dan sesungguhnya aku termasuk orang2 yang berserah diri.” (Al-Qur’an, Surat Al-Ahqaf, ayat 15).


Sobekan 3
 Banyak orang yang tidak menyadari bahwa Al-Qur’an membahas mengenai usia 40 tahun. Hal ini sebagai pertanda bahwa ada hal yang perlu diperhatikan dengan serius pada pembahasan usia 40 tahun ini. Allah Ta’ala berfirman, “Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdo’a, “Ya Rabb-ku, tunjukkanlah kepadaku jalan untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (QS. Al-Ahqaf : 15)
Usia 40 tahun disebutkan dengan jelas dalam ayat ini. Pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosi, maupun spiritualnya. Ia benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan melangkah ke usia dewasa yang sebenar-benarnya. Do’a yang terdapat dalam ayat tersebut dianjurkan untuk dibaca oleh mereka yang berusia 40 tahun atau lebih. Di dalamnya terkandung penjelasan yang jelas bahwa mereka telah menerima nikmat yang sempurna, kecenderungan untuk beramal yang positif, telah mempunyai keluarga yang harmonis, kecenderungan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah Ta’ala.
Pada ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman: “Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan?” (QS. Fathir : 37)
Para ulama salaf menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “umur panjang dalam masa yang cukup untuk berfikir” dalam ayat tersebut adalah ketika berusia 40 tahun.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa manusia apabila menjelang usia 40 tahun hendaklah memperbarui taubat dan kembali kepada Allah dengan bersungguh-sungguh. Apabila hal itu berlaku menjelang usia 40 tahun, maka Allah memberikan janji-Nya dalam ayat setelahnya, yaitu kematangan. Usia 40 tahun adalah usia matang bagi kita bersungguh-sungguh dalam hidup. Mengumpulkan pengalaman, menajamkan hikmah dan kebijaksanaan, membuang kejahilan ketika usia muda, lebih berhati-hati, melihat sesuatu dengan hikmah dan penuh penelitian. Maka tidak heran tokoh-tokoh pemimpin muncul secara matang pada usia ini. Bahkan Nabi kita tercinta, Muhammad SAW pun demikian. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas, “Diutusnya Rasulullah (yaitu) pada usia 40 tahun.” (HR. Al-Bukhari).
Nabi Muhammad SAW diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, kecuali Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Mayoritas negara juga mensyaratkan bagi calon-calon yang akan menduduki jabatan-jabatan elit seperti ketua negara, harus telah berusia 40 tahun. Masyarakat pun mengakui bahwa mantabnya prestasi seseorang tatkala orang tersebut telah berusia 40 tahun.
Mengapa umur 40 tahun begitu penting?
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 periode, yaitu:
1. Anak-anak ( aulad ) Sejak lahir hingga akil baligh
2. Pemuda ( Syabab ) sejak akil baligh hingga 40 tahun
3. Dewasa ( Kuhul ) 40 tahun hingga 60 tahun
4. Tua ( syuyukh ) 60 tahun keatas
Usia 40 tahun adalah usia ketika manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih kepada masa dewasa sempurna. Kenyataan yang paling menarik pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agamanya yang semasa mudanya jauh sekali dengan agamanya. Baik dengan menjalankan kewajiban shalat lima waktunya dengan berjama’ah dan tepat waktu, memperbanyak sedekah, menutupi auratnya, atau dengan mengikuti kajian-kajian keagamaan. Seolah-olah di usia ini merupakan momentum kembalinya manusia kepada fitrahnya. Namun jika ada orang yang telah mencapai usia ini, akan tetapi tidak ada minat terhadap agamanya, maka hal ini sebagai pertanda yang buruk dari kesudahan umurnya di dunia.Wal iyaadzu billaah.
Salah satu keistimewaan usia 40 tahun tercermin dari sabda Rasulullah SAW, “Seorang hamba muslim apabila usianya mencapai 40 tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya).” (HR. Ahmad)
Hadits ini menyebutkan bahwa usia 40 tahun merupakan titik awal seseorang memiliki komitmen terhadap penghambaan kepada Allah Ta’ala, sekaligus konsisten terhadap Islam, sehingga Allah Ta’ala pun akan meringankan hisabnya. Inilah keistimewaan orang yang mencapai usia 40 tahun. Akan tetapi, usia 40 tahun merupakan saat di mana orang harus berhati-hati juga. Ibarat waktu, orang yang berumur 40 tahun mungkin sudah masuk waktu senja.
Abdullah bin Abbas mengatakan, “Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak mantab dan tidak dapat mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.”
Imam Asy-Syafi’i tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan sambil memakai tongkat. Jika ditanya, maka beliau menjawab, “Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya saja yang masih tertambat dalam sangkar. Komitmenku sekarang seperti itu juga. Aku tidak memiliki sisa-sisa syahwat untuk menetap tinggal di dunia. Aku tidak berkenan sahabat-sahabatku memberiku sedikit pun sedekah dari dunia. Aku juga tidak berkenan mereka mengingatkanku sedikit pun tentang hiruk pikuk dunia, kecuali hal yang menurut syari’at lazim bagiku.”
Kematian Bisa Datang Kapan Saja
Satu perkara yang kita harus senantiasa kita sadari bahwa kematian bisa memanggil kita kapan saja tanpa tanda, tanpa alamat dan tanpa mengira usia. Jika kita beranggapan harus menunggu usia 40 tahun untuk mulai memperbaiki diri, maka rugi dan sia-sia lah hidup kita jika ternyata umur kita tidak panjang.
Maka dari itu, di sisa-sisa usia kita ini, marilah kita mulai berbenah diri, meneguhkan tujuan hidup, meningkatkan daya spiritual, memperbanyak bersyukur, menjaga makan dan tidur, serta menjaga keistiqamahan dan berusaha meningkatkan kualitas dalam beribadah.
Banyak manusia yang tertipu dengan keindahan dunia dan isinya yang bersifat sementara. Mengingati mati bukan berarti kita akan gagal di dunia ini. Akan tetapi dengan mengingati mati kita berharap menjadi insan yang berjaya di dunia dan di akhirat kelak. Janganlah menunggu hingga esok untuk membuat persediaan menghadapi kematian, karena mati boleh datang kapan saja.
Akhirnya, semoga kita bisa memaksimalkan sisa-sisa umur kita ini untuk memperbanyak amal shaleh.
Sumber: Muhammad Damradli

Sobekan 4

Al-Qur'an Menyebut Umur 40 Tahun
Allah memberi perhatian khusus tentang angka 40 ini:
“Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung susah payah dan telah melahirkannya dengan menanggung susah payah. Sedang tempoh mengandungnya berserta dengan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa tiga puluh bulan. Setelah dia besar sampai ke peringkat dewasa yang sempurna kekuatannya dan sampai ke peringkat umur empat puluh tahun, berdoalah dia dengan berkata: Wahai Tuhanku, ilhamkanlah daku supaya tetap bersyukur akan nikmatmu yang engkau kurniakan kepadaku dan kepada ibu bapaku dan supaya akutetap mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; danjadikanlah sifat-sifat kebaikan meresap masuk ke dalam jiwa zuriat keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadamu dan sesungguhnya aku dari orang-orang Islam (yang tunduk patuh kepadamu/berserah diri).”
(Al-Ahqaf [ 46 ] : 15)
Ayat ini menyatakan umur 40, iaitu umur yang matang. Ini kemuncak umur keIslamannya. Syaratnya dia mulai daripada sejak dia baligh lagi. Kebanyakkan ulama’ bersungguh-sungguh dalam beribadah mengurangi tidurnya, ketika mencecah usia ini.
Dalam ayat ini juga Allah berpesan supaya;
1. Berbakti kepada kedua ibu-bapa (ada ayat lain dalam surah al-Isra’ dan Luqman) kerana jika dia sudah 40 tahun pasti ibu-bapanya sudah melepasi 60 tahun, umur yang memerlukan banyak bantuan.
2. Mensyukuri nikmat iaitu dengan beramal soleh yang diredhaiNya (menjadikan semua nikmat yang Allah berikan kepada kita untuk beramal soleh)
3. Bertaubat dan berserah diri, maksudnya tidak mahu lagi buat maksiat dan menyedari kita adalah hak Allah dan akan kembali kepadaNya. Maknanya apabila sudah mencapai umur 40 tahun sudah tidak ada dosa, sudah capai puncak keIslaman dan berjaya mendidik putera dan puterinya.
Biasa kita dengar pendapat Helen Rowland “Life Began at Forty?”. Semua ni tidak benar sepatutnya inilah masa penanda aras menentukan sama ada kita ke syurga atau neraka. Barat memperdayakan dengan fakta umur.Lihatlah bagaimana mereka cuba meresapkan ideology untuk memperdayakan Islam. Kita pulak tersenyum dan bangga bila menerimanya. Kononnya kita mengikut arus kemodenan ideology. Tapi lebih nyata kalau kita terima istilah orang tua- tua dulu menyatakan “Rumah Kata Pergi, Kubur Kata Mari “
“Jika sampai umur 40 tahun dan tidak ambil tahu langsung tentang asal kejadiannya, dan kewajibannya dan tidak mahu bertaubat, maka Syaitan akan mengusap dahinya dan gembira dia kerana orang ini tidak ada gunanya di dunia dan di akhirat”.
“Seseorang hamba yang muslim itu, apabila sampai 40 tahun Allah ringankan hisabnya, apabila sampai 60 tahun Allah anugerahkan kepadanya rezeki suka kembali kepadaNya (banyak bertaubat), apabila sampai 70 tahun Allah jadikan dia dikasihi oleh ahli langit, apabila sampai 80 tahun Allah teguhkan hasanahnya dan Allah hapuskan sayyi’ahnya (kejahatannya), dan apabila sampai 90 tahun Allah ampunkan apa yang terdahulu dan yang terkemudian daripada dosa-dosanya, Allah izinkan dia memberi syafa’at kepada ahli rumahnya dan dituliskan namanya di langit sebagai tawanan Allah yang berada di bumi”.Riwayatal-Hafidzal-Musili
Al-Alusi, pengarang kitab tafsir Ruh al-Ma’ani berkata, telah disebut oleh bukan seorang bahawa manusia itu apabila telah mencapai umur ini, akhlaknya telah begitu kuat bertapak pada dirinya, hampir-hampir tidak akan dapat dihilangkan lagi selepas itu. Beliau membawakan sepotong hadis tanpa menyebut perawinya. Hadis itu bermaksud: “Sesungguhnya syaitan mengheretkan tangannya di atas muka orang yang mencapai umur 40 tahun dan tidak bertaubat sambil berkata, “demi bapaku, wajah yang tidak akan berjaya.”
Selain itu beliau membawakan satu Hadis yang dikeluarkan oleh Abu al-Fath al-Azadi daripada Ibn Abbas r.a. bermaksud: “Sesiapa yang menjangkau usia 40 tahun, tetapi kebaikannya tidak mengalahkan kejahatannya, maka bersiap sedialah dia untuk ke neraka!”
Al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi adalah seorang laki-laki yang shalih, cerdas, sabar, murah hati, berwibawa dan terhormat. Ia berkata, "manusia yang paling sempurna akal dan pikirannya adalah apabila telah mencapai usia 40 tahun. Itu adalah usia, di mana pada usia tersebut Allah Ta'ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dan fikiran manusia akan sangat jernih pada waktu sahur." (Lihat: al-Wafyat A'yan, Ibnu Khalkan: 2/245)
Keistimewaan Umur 40 Tahun
Sebahagian orang menyebut, umur empat puluh tahun penuh teka-teki dan penuh misteri. Sehingga terbit sebuah buku berjudul, "Misteri Umur 40 tahun" yang diterbitkan pustaka al-tibyan – Solo, diterjemahkan dari buku berbahasa Arab, Ya Ibna al-Arba'in, oleh Ali bin Sa'id bin Da'jam.
Seseorang yang sudah mencapai umur 40 tahun berarti akalnya sudah sampai pada tingkat kematangan berfikir serta sudah mencapai kesempurnaan kedewasaan dan budi pekerti. Sehingga secara umum, tidak akan berubah keadaan seseorang yang sudah mencapai umur 40 tahun.
Al-Tsa'labi rahimahullah berkata, "Sesungguhnya Allah menyebutkan umur 40 tahun karena ini sebagai batasan bagi manusia dalam keberhasilan maupun keselamatannya."
Ibrahim al-Nakhai rahimahullah berkata, "Mereka berkata bahwa jika seseorang sudah mencapai umur 40 tahun dan berada pada suatu perangai tertentu, maka ia tidak akan pernah berubah hingga datang kematiannya." (Lihat: al-Thabaqat al-Kubra: 6/277)
Allah Ta'ala telah mengangkat para nabi dan Rasul-Nya, kebanyakan, pada usia 40 tahun, seperti kenabian dan kerasulan Muhammad, Nabi Musa, dan lainnya 'alaihim al-Shalatu wa al-Sallam. Meskipun ada pengecualian sebagian dari mereka.
Imam al-Syaukani rahimahullah berkata, "Para ahli tafsir berkata bahwa Allah Ta'ala tidak mengutus seorang Nabi kecuali jika telah mencapai umur 40 tahun." (Tafsir Fathul Qadir: 5/18)
Dengan demikian, usia 40 tahun memiliki kekhususan tersendiri. Pada umumnya, usia 40 tahun adalah usia yang tidak dianggap biasa, tetapi memiliki nilai lebih dan khusus.
Memperbaharui Taubat
Usia 40 tahun haruslah menjadi titik tolak dan perbaharuan taubat penyesalan seseorang atas dosa-dosa dan kufur nikmat selama hidupnya. Karena pada usia ini benar-benar telah merasakan banyaknya nikmat dan tidak sebandingnya rasa syukur terhadapnya. Maka pengakuan dosa pasti akan mengalir dari orang yang mau merenungkan masa lampaunya, sehingga dari itu lahir penyesalan, tumbuh istighfar dan taubat kepada Allah.
" Wahai Allah , Tuhan kami , tunjukilah kami untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami dan kepada ibu bapak kami dan karuniakan kami untuk dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai .. berilah kebaikan kepada kami dan anak cucu kami .. Sesungguhnya kami bertobat kepada MU dan sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang berserah diri."
" Wahai Allah, Tuhan kami , bantulah kami untuk berdzikir, bersyuku dan memperbaiki ibadah-ibadah kami kepada-Mu."
Marilah kita bersama-sama berdoa agar sisa-sisa umur kita ini dihabiskan dengan perkara yang bermanfaat, dalam redha Allah. Kita Cuma harapkan rahmat dan keampunan Allah Ta’ala.
Rasulullah saw bersabda, “Tak akan berganjak kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara, iaitu tentang umurnya, dihabiskan untuk apa; tentang masa mudanya, dipergunakan untuk apa; tentang hartanya, dari mana diperolehinya dan untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apakah sudah diamalkan”.(HRTirmidzi).
Usia lanjut juga merupakan sebuah keistimewaan. Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw menyampaikan firman Allah SWT, “Demi kemuliaan-Ku, keagungan-Ku, dan keperluan hamba-Ku kepada-Ku, sesungguhnya Aku merasa malu menyiksa hamba-Ku, baik laki-laki mahupun perempuan, yang telah beruban kerana tua dalam keadaan muslim“. Dalam hadits lain beliau bersabda, “Sebaik-baik di antara kalian ialah orang yang panjang umurnya dan baik pula amalannya”. (HR At-Tirmidzi).

Sobekan 5.
സോബികാം ൫.

مِ
Judul di atas perlu untuk direnungkan, mengapa…? karena ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa pada usia empat puluh tahun ini, usia penuh teka-teki dan penuh misteri. Namun bagi kaum muslimin yang akan mendekati usia 40 tahun jadikanlah sebagai persiapan langkah kehidupan berikutnya, bahkan bagi kaum muslimin yang usianya  sudah mencapai di atas 40 tahun sudah selayaknya untuk lebih merenung dan mengoreksi diri, karena usia 40 tahun adalah usia ketika manusia benar2 meninggalkan masa mudanya dan beralih ke masa dewasa yang disebut masa kuhula atau disebut juga masa setengah baya.

Dan dalam usia inilah manusia telah memiliki kematangan dalam cara berpikir dan bertindak, maka diharapkan bahwa jika seseorang sudah mencapai usia 40 tahun keatas cara berpikir dan tindakannya sudah dengan matang dan penuh perhitungan. 

Bahkan seseorang yang sudah mencapai usia 40 tahun berarti akalnya sudah sampai pada tingkat kematangan berfikir serta sudah mencapai kesempurnaan kedewasaan dan budi pekerti. Sehingga secara umum, tidak akan berubah kondisi seseorang yang sudah mencapai usia 40 tahun.

Al-Tsa’labi اللهُ رَحِمَهُ berkata, “Sesungguhnya الله menyebutkan usia 40 tahun karena ini sebagai batasan bagi manusia dalam keberhasilan maupun keselamatannya.

Pada usia keistimewaan 40 tahun inilah, سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله  telah menyebutkan usia 40 tahun dengan tegas di dalam al-Qur’an dan menjadi perhatian khusus bagi umat muslim, oleh karena itu bila kita perhatikan dari kehidupan as-Salafush Shalih dan para ulama terdahulu saat memasuki usia ini, mereka berusaha mencapai kebaikan amal mereka dan menjadikannya hari-hari terbaik dalam hidupnya.
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله berfirman :
وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسَانَ بِوَالِدَيۡهِ اِحۡسَانًا‌ ؕ حَمَلَـتۡهُ اُمُّهٗ كُرۡهًا وَّوَضَعَتۡهُ كُرۡهًا‌ ؕ وَحَمۡلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰـثُوۡنَ شَهۡرًا‌ ؕ حَتّٰٓى اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرۡبَعِيۡنَ سَنَةً  ۙ قَالَ رَبِّ اَوۡزِعۡنِىۡۤ اَنۡ اَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ الَّتِىۡۤ اَنۡعَمۡتَ عَلَىَّ وَعَلٰى وَالِدَىَّ وَاَنۡ اَعۡمَلَ صَالِحًا تَرۡضٰٮهُ وَاَصۡلِحۡ لِىۡ فِىۡ ذُرِّيَّتِىۡ ؕۚ اِنِّىۡ تُبۡتُ اِلَيۡكَ وَاِنِّىۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِيۡنَ‏ 
“KAMI perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: "Ya ROBB-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat ENGKAU yang telah ENGKAU berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang ENGKAU ridho’i; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada ENGKAU dan sesungguhnya aku termasuk orang2 yang berserah diri". (QS. Al-Ahqaf: 15).

Menurut para ahli ilmu tafsir, usia 40 tahun disebut tersendiri pada ayat di atas ini, karena pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupan yang baik, baik dari segi fisik, pikiran, perasaan, karya, maupun dari segi agamanya. Orang yang berusia 40 tahun benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan beralih ke usia dewasa. Apa yang dialami pada usia 40 tahun sifatnya stabil, mantap dan kokoh dalam pendirian dan perilakunya. Pendirian dan perilaku ini akan menjadi ukuran manusia pada usia-usia berikutnya.

Oleh karena itu tidaklah heran jika para Nabi diutus untuk berda’wah pada usia 40 tahun. Rosululloh صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan Nabi2 yang lain, termasuk diantaranya Nabi Yusuf عليه السلام yang ketika masih kecil bermimpi melihat 11 bintang, matahari dan bulan sujud kepadanya dan ketika berusia 40 tahun baru diangkat menjadi Nabi meskipun ada pengecualian sebagian dari mereka.

Surat Al-Ahqaf ayat 15 di atas mengisyaratkan bagi kita bahwa, saat sudah menginjak usia 40 tahun hendaknya seseorang mulai meningkatkan rasa syukurnya kepada الله juga kepada orang tuanya, memohon kepada-NYA, agar diberi hidayah, taufik, dibantu, dan dikuatkan agar bisa menegakkan rasa syukur ini. 

Karena segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini adalah dengan kehendak dan izin-NYA, sehingga kita harus meminta hal itu kepada-NYA.
Ini sebagaimana doa yang diajarkan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم kepada Mu’adz bin Jabal رضي الله عنه  “Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, Janganlah engkau tinggalkan untuk membaca sesudah shalat :

عِبَادَتِك وَحُسْنِ وَشُكْرِك ذِكْرِ عَلَى أَعِنِّ اللَّهُمَّ  
      
 Ya الله bantulah aku untuk berdzikir, bersyukur, dan memperbaiki ibadah kepada-MU.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, al-Nasai dengan sanad yang kuat).

Karena sesungguhnya seorang hamba pasti sangat butuh kepada pertolongan ROBB-nya dalam menjalankan perintah, menjauhi larangan, dan sabar atas ketetapan-ketetapan takdir-NYA. (Dinukil dari Subulus Salam, Imam al-Shan’ani).

Sebenarnya bersyukur itu sepanjang umur. Dan dikhususkan pada usia 40 tahun ini karena pada saat usia ini seseorang benar-benar harus sudah mengetahui segala nikmat الله yang ada padanya dan pada orang tuanya, lalu ia mensyukurinya.

Imam Al-Qurthubi اللهُ رَحِمَهُ - didalam kitab tafsirnya, beliau  mengatakan bahwa :
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله   menyebutkan orang yang sudah mencapai usia 40 tahun, maka sesungguhnya telah tiba waktunya dirinya untuk mengetahui nikmat سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله
yang ada padanya dan kepada kedua orang tuanya, kemudian mensyukurinya.

Sesungguhnya hakikat syukur itu mencakup tiga komponen; hati, lisan, dan anggota badan. Hati dengan mengakui bahwa semua nikmat itu berasal dari pemberian الله - Sedangkan lisan dengan menyebut-nyebut dan menyandarkan nikmat itu kepada-NYA serta memuji-NYA. Sementara anggota badan  adalah dengan menggunakan nikmat itu untuk taat kepada-NYA, yakni untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-NYA. Oleh karena itu pada ayat di atas disebutkan, “Dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang ENGKAU ridhoi.

Janganlah melupakan kedua orang tua
Perhatikan Surat Al-Ahqaf, ayat 15 :
KAMI perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang tua ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan usianya mencapai empat puluh tahun, ia berdo’a : “Ya ROBB-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat ENGKAU yang telah ENGKAU berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang ENGKAU ridhoi; berilah kebaikan kepadaku dengan memberikan kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada ENGKAU dan sesungguhnya aku termasuk orang2 yang berserah diri.”” (QS. Al-Ahqaf: 15).

Perintah berbuat kebaikan kepada orang tua dalam ayat tersebut di atas mencakup segala bentuk seperti memenuhi nafkah orang tua, memenuhi kebutuhannya, mentaati perintahnya yang ma’ruf, menghidarkan dari bahaya, mengobatkannya jika sakit, menghiburnya jika sedih, dan memohonkan ampun dan doa untuk keduanya, serta yang lainnya.

Berbuat kebaikan kepada kedua orang tua itu bagian dari ibadah kepada  الله - Sehingga tidak boleh dalam berbuat kebaikan tersebut melanggar nilai-nilai ketauhidan, walaupun hak kedua orang tua itu besar terhadap anak, namun seorang anak tidak boleh mentaati kedua orang tuanya dalam maksiat kepada الله dan nikmat yang kedua orang tua peroleh itu berasal dari الله juga.

Dan didalam mentauhidkan سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله - kita harus dengan ikhlash ibadah kepada-NYA, dan istiqamah di atasnya, namun kenyataannya saat الله perintahkan untuk mentauhidkan-NYA ada di antara hamba-NYA yang menyambut dan ada pula yang menentang-NYA. Sama halnya dengan perintah berbakti kepada orang tua, ada manusia yang berbakti kepada orang tuanya dan ada pula yang bahkan mendurhakai kedua orang tuanya.

Kaum muslimin yang dirahmat سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله saat seseorang memasuki usia 40 tahun, maka ia memiliki tanggungjawab di tengah keluarga dan masyarakat yang lebih besar. Anak-anak memerlukan biaya yang lebih untuk pendidikan dan lainnya. Sementara orang tuanya, pastinya sudah renta dan sangat memerlukan bantuan dari anak-anaknya.

Disinilah sering seseorang melupakan orang tuanya karena konsentrasinya yang lebih fokus terhadap keluarga dan anak-anaknya. Padahal seharusnya dengan bertambahnya usia semakin membuat ia sadar akan jasa-jasa orang tuanya kepada dirinya.
Sehingga disebutkan dalam hadits, “Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya, salah seorang atau kedua-duanya, tapi tidak bisa masuk surga (dengan itu).” Dalam riwayat lain, “Tapi keduanya tidak bisa memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Imam Ahmad dan lainnya).

Jangan Lupakan Keturunan
Sesudah seorang muslim diperintah harus berbuat baik kepada kedua orang tuanya dan mengerjakan amal shalih untuk dirinya, janganlah lupa terhadap anak keturunannya. Ia juga wajib memperhatikan pendidikan dan pengarahan mereka, agar menjadi orang yang taat kepada سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله - Karena mereka (anak2) adalah amanat yang harus diarahkan untuk taat kepada ROBB-nya dan setiap orang tua harus mempertanggung jawabkan amanat ini di hadapan سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله  kelak di hari Kiamat nanti.

سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله pun sudah menjelaskan pada firman-NYA pada surat At-Tahrim (66), ayat 6 berikut ini :

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا قُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَاَهۡلِيۡكُمۡ نَارًا وَّقُوۡدُهَا النَّاسُ وَالۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلٰٓٮِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعۡصُوۡنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُوۡنَ مَا يُؤۡمَرُوۡنَ

Hai orang2 yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat2 yang kasar, keras dan tidak mendurhakai الله terhadap apa yang diperintahkan-NYA kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Dan sesungguhnya di antara balasan baik dari amal shalih seseorang adalah diperbaikinya keturunannya. Perilaku yang baik kedua orang tuanya akan berdampak baik kepada perilaku anaknya. Ini juga menjadi pelajaran dan hal yang sangat penting, karena dalam melakukan pendidikan kepada anak haruslah orang tua memulai dari menshalihkan diri mereka sendiri dengan ilmu dan amal shalih dan ini akan menjadi suri tauladan bagi anak2nya, dan akan berdampak baik kepada anak2nya, yang semua ini merupakan balasan bagi kedua orang tuanya yang mempunyai keturunan anak2 yang shalih.

Syaikh al-Sa’di berkata dalam menafsirkan surat Al-Ahqaf ayat 15 di atas, “Sesungguhnya baiknya orang tua dengan ilmu dan amal termasuk sebab yang besar untuk baiknya anak-anak mereka.

Selain itu, berdoa sebagai bagian dari tawakkal kepada سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله dalam usaha tidak boleh dianggap ringan. Karena hati manusia itu berada di antara dua jari dari jemari سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله yang dapat dibolak-balikkan sesuai kehendak-NYA. Oleh karena itu, sering2lah berdoa kepada سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله agar dianugerahkan anak2 yang shalih.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, ada seorang lelaki yang mengadukan tentang anaknya kepada Thalhah bin Musharrif رضي الله عنه  - maka Thalhah berkata kepadanya, “Minta tolonglah dalam masalah anakmu dengan ayat,

رَبِّ اَوۡزِعۡنِىۡۤ اَنۡ اَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ الَّتِىۡۤ اَنۡعَمۡتَ عَلَىَّ وَعَلٰى وَالِدَىَّ وَاَنۡ اَعۡمَلَ صَالِحًا تَرۡضٰٮهُ وَاَصۡلِحۡ لِىۡ فِىۡ ذُرِّيَّتِىۡ ؕۚ اِنِّىۡ تُبۡتُ اِلَيۡكَ وَاِنِّىۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِيۡنَ
 Ya ROBB-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat ENGKAU yang telah ENGKAU berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang ENGKAU ridhoi; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada ENGKAU dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaf: 15).

Memperbaharui Taubat
Usia 40 tahun haruslah menjadi titik tolak dan pembaharuan taubat penyesalan seseorang atas dosa-dosa dan kufur nikmat selama hidupnya. Karena pada usia ini benar-benar telah merasakan banyaknya nikmat dan tidak sebandingnya rasa syukur terhadap-NYA. Maka pengakuan dosa pasti akan mengalir dari orang yang mau merenungkan masa lampaunya, sehingga dari situ lahir penyesalan, tumbuh istighfar dan taubat kepada سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله

Oleh sebab itu, disebutkan dalam doa di atas,

اِنِّىۡ تُبۡتُ اِلَيۡكَ وَاِنِّىۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِيۡنَ

 Sesungguhnya aku bertobat kepada ENGKAU dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaf: 15).

Imam Ibnu Katsir اللهُ رَحِمَهُ berkata, “Dan di dalamnya terdapat petunjuk bagi orang-orang yang sudah berusia 40 tahun agar memperbaharui taubatnya kepada الله عَزَّ وَجَلَّ serta bertekad kuat atasnya.” Seseorang harus terus meningkatkan taubatnya saat usianya menginjak 40 tahun sampai ajal menjemputnya - والله اعلم 

Salah satu keistimewaan seseorang diusia 40 tahun kita bisa lihat dalam hadist Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم yang diriwayatkan dari Imam Ahmad اللهُ رَحِمَهُ :
العَبْدُ الْمُسْلِمُ إِذَا بَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً خَفَّفَ اللهُ تَعَالَى حِسَابَهُ ، وَإِذَا بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً رَزَقَهُ اللهُ تَعَالَى الْإِنَابَةَ إِلَيْهِ ، وَإِذَا بَلَغَ سَبْعِيْنَ سَنَةً أَحَبَّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ، وَإِذَا بَلَغَ ثَمَانِيْنَ سَنَةً ثَبَّتَ اللهُ تَعَالَى حَسَنَاتِهِ وَمَحَا سَيِّئَاتِهِ ، وَإِذَا بَلَغَ تِسْعِيْنَ سَنَةً غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَشَفَّعَهُ اللهُ تَعَالَى فِى أَهْلِ بَيْتِهِ ، وَكَتَبَ فِى السَّمَاءِ أَسِيْرَ اللهِ فِى أَرْضِهِرواه الإمام أحمد
Seorang hamba muslim bila usianya mencapai empat puluh tahun, الله akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya). Jika usianya mencapai enam puluh tahun, الله akan memberikan anugerah berupa kemampuan kembali (bertaubat) kepada-NYA. Bila usianya mencapai tujuh puluh tahun, para penduduk langit (malaikat) akan mencintainya. Jika usianya mencapai delapan puluh tahun, الله akan menetapkan amal kebaikannya dan menghapus amal keburukannya. Dan bila usianya mencapai sembilan puluh tahun, الله akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan dosa-dosanya yang belakangan, الله juga akan memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya, serta الله akan mencatatnya sebagai tawanan الله di bumi” (HR. Imam Ahmad).

Hadits ini menyebut usia 40 tahun paling awal, yang dimasudkan disini bahwa orang yang mencapai usia 40 tahun ia memiliki sifat istiqamah dalam pengabdiannya kepada سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله  - Dalam arti lain jika seseorang belum menyapai usia 40 tahun kemungkinan masih bisa diombang ambingkan oleh suasana dan keadaan dan masih belum mantap dalam pendirian dan perilakunya.

Seseorang yang sudah mencapai usia 40 tahun seperti waktu sudah masuk ashar, dimana teriknya matahari sudah berkurang, matahari sudah akan terbenam, ibarat bila  menjemur pakaian tidak akan kering, sudah senja dan sesaat lagi akan masuk waktu maghrib.
Sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم Qotadah رضي الله عنه  - berkata, “Bila seseorang telah mencapai usia 40 tahun, maka hendaklah dia berhati-hati.” Maksudnya saat saat harus waspada.

Bahkan sahabat Abdullah bin Abbas رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَـا dalam suatu riwayat berkata, “Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak unggul mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.

Nasihat yang diungkapkan oleh dua sahabat besar tersebut memberikan pengertian bahwa manusia harus mulai bersikap waspada dan hati-hati dalam bertindak jika usianya telah mencapai 40 tahun. Ia harus meningkatkan amal kebajikan dan membiasakannya agar amal itu terus meningkat.

Atas dasar ini, para sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم - ketika mereka sudah mencapai usia 40 tahun, mereka konsentrasi beribadah. Mereka mulai menghabiskan hari-harinya untuk ibadah. Kesibukan mencari dunia mereka kurangi dan beralih pada kegiatan yang bersifat agama dan ibadah.

Imam asy-Syafi’i اللهُ رَحِمَهُ tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan dengan memakai tongkat. Jika ditanya kenapa? Jawab beliau, “Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi الله - aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya yang masih melekat dalam sangkar. Keadaanku sekarang seperti itu juga.

Sahabat Abdullah bin Umar رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَـا  pernah menceritakan hadits dari Rosululloh صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم yang perlu dicamkan berkaitan dengan hal ini :
Rosululloh صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم memegang kedua pundakku dan kemudian bersabda, “Jadilah di dunia seakan-akan kamu orang asing (perantau) atau pengembara (musafir). Abdullah bin Umar رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَـا berkata, “Jika berada di waktu sore, jangan menanti waktu pagi. Jika berada di waktu pagi, jangan menanti waktu sore. Pergunakanlah masa sehatmu untuk bekal di masa sakitmu dan masa hidupmu untuk bekal di masa matimu.” (HR. Imam Bukhori).

Imam al-Syaukani اللهُ رَحِمَهُ berkata bahwa, “Para ahli tafsir berkata bahwasannya سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله tidak mengutus seorang Nabi kecuali jika telah mencapai umur 40 tahun.” (Tafsir Fathul Qadir V/18).

Dengan demikian, usia 40 tahun memiliki kekhususan tersendiri. Pada umumnya, usia 40 tahun adalah usia yang tidak dianggap biasa, tetapi memiliki nilai lebih dan khusus.
Diceritakan, al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi اللهُ رَحِمَهُ adalah seorang laki-laki yang shalih, cerdas, sabar, murah hati, berwibawa dan terhormat. Ia berkata, “manusia yang paling sempurna akal dan pikirannya adalah apabila telah mencapai usia 40 tahun. Itu adalah usia, di mana pada usia tersebut سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله mengutus Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم dan pikiran manusia akan sangat jernih pada waktu sahur.” (Lihat al-Wafyat A’yan, Ibnu Khalkan II/245).

Disebutkan tentang biografi al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi اللهُ رَحِمَهُ,Bahwa ketika mencapai usia 40 tahun ia berkonsentrasi untuk beribadah dan memutuskan diri dari hubungan dengan manusia untuk mendekatkan diri kepada سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله dan ia berpaling dari semua urusan dunia dan umat manusia, seakan-akan ia tidak pernah kenal seorangpun dari mereka. Dan ia terus menyusun karya-karya tulisnya.
Ibrahim al-Nakhai اللهُ رَحِمَهُ berkata, “bahwa jika seseorang sudah mencapai usia 40 tahun dan berada pada suatu perangai tertentu, maka ia tidak akan pernah berubah hingga datang kematiannya.” (Lihat al-Thabaqat al-Kubra VI/277).

Mahasuci ENGKAU, ya الله aku memuji-MU. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain ENGKAU, aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-MU.

Bertakwalah kepada سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الله di mana pun kita berada, dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.

Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rosululloh صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم - keluarga, para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut  Tabi’in dan mereka yang senantiasa setia dijalan-NYA yang lurus hingga hari Akhir.

Demikian disampaikan, semoga sharing ini bermanfaat untuk dijadikan ibrah dan menjadi nasihat untuk ana dan antum semua,  بَارَكَ اللهُ فيْكُمْ

Hanya milik الله - lah segala puji dan anugerah.

Shukron:
Abu Fakhri Afiff



Sobekan 6.


Ramai tidak sedar dalam al-Quran ada menyentuh tentang usia ini. Tentu ada yang sangat penting, perlu diperhatikan dan diambil serius akan perkara ini. Allah swt. berfirman,

حَتَّى إَذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِى أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِى إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdoa, “Ya Tuhanku, tunjukkanlah aku jalan untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang soleh yang engkau redhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (al-Ahqaf: 15)
https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-prn2/t1/1797960_695080037202725_450268749_n.jpg
Usia 40 tahun disebut dengan jelas dalam ayat ini. Pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fizikal, intelektual, emosi, mahupun spiritualnya. Benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan melangkah ke usia dewasa yang sebenar.

Doa yang terdapat dalam ayat tersebut dianjurkan untuk dibaca oleh mereka yang berusia 40 tahun dan ke atas. Di dalamnya terkandung penghuraian yang jelas bahawa mereka; telah menerima nikmat yang sempurna, kecenderungan untuk beramal yang positif, telah mempunyai keluarga yang harmoni, kecenderungan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah

Pada ayat yang lain, firman Allah;

أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيْرُ

Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam tempoh yang cukup untuk berfikir bagi orang-orang yang mahu berfikir, dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan? (al-Fathir: 37)

Menurut Ibnu Abbas, Hasan al-Bashri, al-Kalbi, Wahab bin Munabbih, dan Masruq, yang dimaksud dengan “umur panjang dalam tempoh yang cukup untuk berfikir” dalam ayat tersebut tidak lain adalah ketika berusia 40 tahun.

Menurut Ibn Kathir, ayat ini memberikan petunjuk bahawa manusia apabila menjelang usia 40 tahun hendaklah memperbaharui taubat dan kembali kepada Allah dengan bersungguh2.

Apabila itu berlaku menjelang usia 40 tahun, maka Allah memberikan janjiNya dalam ayat selepas itu: (maksudnya) Kematangan.

Usia 40 tahun adalah usia matang untuk kita bersungguh-sungguh dalam hidup. Mengumpulkan pengalaman, menajamkan hikmah dan kebijaksanaan, membuang kejahilan ketika usia muda, lebih berhati-hati, melihat sesuatu dengan hikmah dan penuh penelitian. Maka tidak hairan tokoh-tokoh pemimpin muncul secara matang pada usia ini. Bahkan Nabi s.a.w, seperti yang disebut oleh Ibn ‘Abbas:

“Dibangkitkan Rasulullah s.a.w pada usia 40 tahun” (riwayat al-Bukhari).
Nabi Muhammad saw. diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi2 yang lain, kecuali Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as.

Banyak negara menetapkan untuk menduduki jabatan2 elit seperti ketua negara, disyaratkan bakal calon harus telah berusia 40 tahun. Masyarakat sendiri mengakui prestasi seseorang mantap tatkala orang itu telah berusia 40 tahun. Soekarno menjadi presiden pada usia 44 tahun. Soeharto menjadi presiden pada umur 46 tahun. J.F. Kennedy 44 tahun. Bill Clinton 46 tahun. Paul Keating 47 tahun. Sementara Tony Blair 44 tahun.

Mengapa umur 40 tahun begitu penting.

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 (empat) period, iaitu
1. Kanak-kanak ( sejak lahir hingga akil baligh )
2. Muda atau syabab ( sejak akil baligh hingga 40 tahun )
3. Dewasa ( 40 tahun hingga 60 tahun )
4. Tua atau syaikhukhah ( 60 tahun hingga mati )

Usia 40 tahun adalah usia ketika manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih kepada masa dewasa penuh. Kenyataan yang paling menarik pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agama sedangkan semasa mudanya jauh sekali dengan agama. Seolah-olah macam satu fitrah di usia ini ramai yang mula menutup aurat dan mendekati kuliah-kuliah agama.

Salah satu keistimewaan usia 40 tahun tercermin dari sabda Rasulullah saw.,

لعَبْدُ الْمُسْلِمُ إِذَا بَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً خَفَّفَ اللهُ تَعَالَى حِسَابَهُ ، وَإِذَا بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً رَزَقَهُ اللهُ تَعَالَى الْإِنَابَةَ إِلَيْهِ ، وَإِذَا بَلَغَ سَبْعِيْنَ سَنَةً أَحَبَّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ، وَإِذَا بَلَغَ ثَمَانِيْنَ سَنَةً ثَبَّتَ اللهُ تَعَالَى حَسَنَاتِهِ وَمَحَا سَيِّئَاتِهِ ، وَإِذَا بَلَغَ تِسْعِيْنَ سَنَةً غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَشَفَّعَهُ اللهُ تَعَالَى فِى أَهْلِ بَيْتِهِ ، وَكَتَبَ فِى السَّمَاءِ أَسِيْرَ اللهِ فِى أَرْضِهِ – رواه الإمام أحمد

“Seorang hamba muslim bila usianya mencapai 40 tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya). Jika usianya mencapai 60 tahun, Allah akan memberikan anugerah berupa kemampuan kembali (bertaubat) kepadaNya. Bila usianya mencapai 70 tahun, para penduduk langit (malaikat) akan mencintainya. Jika usianya mencapai 80 tahun, Allah akan menetapkan amal kebaikannya dan menghapus amal keburukannya. Dan bila usianya mencapai 90 puluh tahun, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan dosa-dosanya yang dahulu, Allah juga akan memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya, serta Allah akan mencatatnya sebagai tawanan Allah di bumi. (riwayat Ahmad)

Hadis ini menyebut usia 40 tahun paling awal memiliki komitmen terhadap penghambaan kepada Allah swt. sekaligus konsisten terhadap Islam, maka Allah swt. akan meringankan hisabnya. Orang yang usianya mencapai 40 tahun mendapatkan keistimewaan berupa hisabnya diringankan. Tetapi umur 40 tahun merupakan saat harus berhati2 juga. Ibarat waktu, orang yang berumur 40 tahun mungkin sudah masuk senja. Abdullah bin Abbas ra. dalam suatu riwayat berkata, “Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak mantap dan tidak dpt mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.”

Imam asy-Syafi’i tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan sambil memakai tongkat. Jika ditanya, jawab beliau, “Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya saja yang masih tertambat dalam sangkar. Komitmenku sekarang seperti itu juga. Aku tidak memiliki sisa2 syahwat untuk menetap tinggal di dunia. Aku tidak berkenan sahabat-sahabatku memberiku sedikit pun sedekah dari dunia. Aku juga tidak berkenan mereka mengingatkanku sedikit pun tentang hiruk pikuk dunia, kecuali hal yang menurut syara’ lazim bagiku. Di antara aku dan dia ada Allah.”

Lantas, apa yang harus kita lakukan menginjak usia 40 tahun?
1. Meneguhkan tujuan hidup
2. Meningkatkan daya spiritual
3. Menjadikan uban sebagai peringatan
4. Memperbanyak bersyukur
5. Menjaga makan dan tidur
6. Menjaga istiqamah dalam ibadah.

Jika ada yang mengatakan bahawa: Life began at forty, saya cenderung berpendapat kehidupan yang dimaksudkan ialah kehidupan terarah kepada mendekatkan diri kepada penciptaNya dengan sebenar-benarnya. Tetapi satu perkara yang kita harus sentiasa sedar bahawa kematian memanggil kita bila-bila masa tanpa tanda, tanpa alamat dan tanpa mengira usia. Jika kita beranggapan harus menunggu usia 40 tahun untuk baru memulakan kehidupan yang dimaksudkan di atas, maka rugi dan sia-sia lah hidup kita jika umur kita tidak panjang.

Maksud sabda Nabi Muhammad S.A.W ,” Orang yang bijak adalah orang yang selalu mengingati mati”.

Ramai manusia tertipu dengan keindahan dunia dan isinya yang bersifat sementara. Sejak Nabi Adam as. sehingga kini, kesemuanya telah kembali kepada Allah swt. tidak kira kaya atau miskin, berpangkat atau tidak. Mengingati mati bukan bermakna kita akan gagal di dunia tetapi dengan mengingati mati kita akan menjadi insan yang berjaya di dunia dan di akhirat. janganlah menunggu sehingga esok untuk membuat persediaan menghadapi kematian, kerana mati boleh datang pada bila-bila masa.


*Sumber dari peribadirasulullah.wordpress.com











Tidak ada komentar: