Rabu, 12 Mei 2010

“Suatu ketika saya gunakan mata untuk berbuat haram, lalu aku menjadi lupa al qur’an setelah 90 tahun menghafalnya”.

Meraih Kesempurnaan Puasa lewat Pengendalian Diri




Allah azza wa jalla berfirman,



“Bulan ramadhan (adalah) bulan yang didalamnya diturunkan al Qur’an sebagai petunjuk (hudan) bagi manusia dan penjelasan (bayan) tentang petunjuk itu dan furqon (pembeda haq dan batil)”



( QS. Al Baqoroh : 185)



Ramadhan jika ditinjau dari segi bahasa memiliki makna “sangat terik” atau panas karena terik matahari. Adapun bulan puasa disebut bulan ramadhan karena ia dapat memakar dosa-dosa dengan amal sholih. Adapun menurut Zamakhsyam dalam Rawai’ul Bayaan hal 100 mengatakan, “orang-orang arab dahulu kala ketika memindahkan nama-nama bulan itu menurut masa yang dilaluinya (menurut iklimnya). Nah, kebetulan bulan ini melalui masa panas karena sangat terik matahari, sehingga disebutlah ia Ramadhan.



Saudaraku, dus puasa adalah jalan menuju ketakwaan kepada Allah Ta’ala. Dan orang yang berpuasa adalah orang yang terdekat dengan Tuhannya. Saat perutnya kosong dan hatinya merasakan kepuasaan, tentramlah hidupnya, saat rongga perutnya merasakan dahaga, menangislah matanya.



Salah satu fungsi serta keutamaan hadirnya bulan ramadhan adalah ramadhan sebagai syahrush shobri atau bulan kesabaran, yaitu bulan untuk melatih dan mendidik individu untuk bersabar dalam menghadapi musibah, bersabar dalam ketaatan kepada Allah, serta bersabar dalam menjaga seluruh anggota tubuh agar tidak bermaksiat.



Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka pada hari ini, karena kesabaran mereka, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang” (QS. Al Mukminun: 111)



Saudaraku, salah satu fungsi puasa, disamping melatih kesabaran adalah merupakan proses pengendalian diri. Bulan puasa dirasa menjadi media yang paling tepat bagi setiap pribadi muslim untuk melatih mengendalikan diri, baik mengendalikan nafsunya, tingkah lakunya, maupun seluruh anggota tubuhnya, seperti mata, telinga, lidah, hati serta perut.



Nah, bagaimana cara mengendalikan diri, wabil khusus anggota tubuh kita pada bulan Ramadhan? Sejatinya urgensi puasa bukanlah sekedar menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Lebih dari itu, puasa adalah proses mempuasakan beberapa anggota tubuh agar mampu mengendalikan setiap anggota tubuh dari melakukan perbuatan maksiat.



Kemudian muncul lagi satu pertanyaan, bagaimana hati, mata, telinga, mulut dan perut melakukan puasa? Berikut penjelasannya.



Sesungguhnya seluruh anggota tubuh ini memiliki peran yang sangat besar dalam menyempurnakan puasa setiap pribadi takwa. Begitu juga sebaliknya, mereka juga mampu menjadikan puasa menjadi sia-sia alias tidak memperoleh ridho Allah Ta’ala. Semua tergantung pada sejauh mana kita mampu memimpin dan mengendalikan mereka agar tidak melakukan maksiat. Disini, peran hati menjadi sangat sentral, melihat pengendali tubuh ini berada pada seonggok daging yang biasa kita sebut “hati”.



1. Bagaimana Hati Berpuasa?



Sesungguhnya hati adalah nahkoda bagi tubuh kita. Ia merupakan asas semua petunjuk, dasar semua taufiq, landasan dan pangkal perbuatan.



Allah SWT berfirman: “Barang siapa yang beriman kepada Allah, ….Dia akan memberikan petunjuk kepada hatinya.” ( At-Taghobun :11)



Dengan kata lain, hati memiliki fungsi sebagai pengendali seluruh anggota tubuh. Baik buruknya akhlak kita tergantung pada kondisi hati kita. Jika hati baik, maka baiklah hidup kita. Sebaliknya, jika hati dalam kondisi rusak, mati dan menderita, maka hancur pula hidup kita.



Maka dari itu saudaraku, jagalah hati ini. Jangan biarkan ia redup bahkan mati karena maksiat yang kita jalankan. Sinarilah ia dengan memperbanyak istighfar dan amal sholih. Pada bulan ramadhan, hati seorang insan beriman juga ikut berpuasa.



Nah, bagaimana sang hati ikut berpuasa? Yaitu dengan mengosongkannya dari materi, bentuk-bentuk syirik yang merusak, keyakinan yang batil, bisikan-bisikan jahat serta berbagai penyakit-penyakit hati seperti sombong, ujub dan dengki.



1. Bagaimana Lidah Berpuasa?



Puasanya lidah adalah dengan menjauhi berbagai perkara yang sia-sia, yang tidak memberikan manfaat sedikit pun bagi kehidupannya. Beberapa perkara sia-sia diantaranya, ghibah (gosib), mengumpat, berbohong, dan melupakan hari kiamat.



Selanjutnya, bagaimana seharusnya lidah ini beramal? Para ulama salaf selalu menjaga lidah mereka dengan senantiasa mempertimbangkan dahulu kata-kata yang hendak diucapkan. Mereka menghormati bicara. Bicara mereka adalah dzikir dan diam mereka adalah berpikir.



Saudaraku, lidah ini adalah jalan untuk kebajikan. Seperti halnya hati, lidah juga memiliki kecenderungan untuk bermaksiat. Itulah mengapa ia mesti ikut berpuasa. Jagalah ia supaya tidak berlebihan dalam berbicara. Basahi ia dengan memperbanyak dzikir, didik ia dengan takwa serta bersihkan ia dari maksiat. Semoga Allah senantiasa memelihara lidah ini dari berbuat maksiat. Amin



1. Bagaimana Mata Berpuasa?



Maksiat banyak terjadi disebabkan oleh mata. Mata yang berkeliaran menjadi titik awal timbulnya perbuatan tercela. Itulah mengapa mata juga perlu berpuasa. Dan puasanya mata adalah dengan menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan oleh agama.



Salah seorang salaf bertutur: “Suatu ketika saya gunakan mata untuk berbuat haram, lalu aku menjadi lupa al qur’an setelah 90 tahun menghafalnya”. Naudzubillah, begitu bahayanya mata ini. Sehingga tak berlebihan kiranya mereka berkata: Ia (mata) adalah panglima. Bila dilepas maka ia akan memangsa dan bila diikat, ia akan tunduk, dan bila dibebaskan sebebas-bebasnya, maka ia akan membawa hati pada kehancuran”.



Oleh karena itu wahai saudaraku, jagalah mata ini. Ajaklah ia tuk berpuasa. Jauhkan ia dari hal-hal yang haram. Jangan jerumuskan ia dengan membebaskannya sebebas-bebasnya untuk memandang segala sesuatu yang buruk. Mudah-mudahan hati ini tetap bersih dan puasa pun menjadi sempurna serta memperoleh ridho Allah Azza wa Jalla. Amin



1. Bagaimana Telinga Berpuasa?



Orang-orang yang sholih adalah mereka yang memelihara telinga mereka dari memperdengarkan hal-hal yang menimbulkan rusaknya hati dan kacaunya jiwa.



Selanjutnya, telinga berpuasa dengan menghindarkan diri dari mendengar kata-kata kotor dan jahat, serta lagu-lagu/syair yang menyebabkan lupanya hati dari mengingat Allah. Untuk mengatasi hal ini, maka seharusnyalah kita ajak telinga tuk memperdengarkan nasihat-nasihat dari ulama atau orang bijak. Tidak hanya itu, setelah mendengarkan, ajak pula ia tuk merenungkan dan memahami setiap untai kata yang dilantunkan oleh para ulama tersebut. Sehingga ia dapat mengambil hikmat darinya.



Telinga orang yang berpuasa diarahkan untuk memperdengarkan hal-hal yang indah, sedangkan telinga orang-orang lalai dipergunakan tuk mendengarkan kebatilan.



Semoga kikta menjadi hamba yang telinganya hanya tuk mendengarkan hal-hal yang baik dan benar. Amin



1. Bagaimana Perut Berpuasa?



Perut berpuasa dengan menjauhi segala sesuatu yang haram dan hanya mengisinya dengan makanan dan minuman yang halal lagi baik. Jauhkan perut ini dari makanan dan minuman hasil riba. Karena sejatinya mereka didapat dari perilaku haram.



Bagaimana mungkin perut ini melakukan puasa, sedang ia berbuka dengan yang haram. Jika sedikit saja perut ini terisi oleh sesuatu yang haram, maka sia-sialah puasa kita. Dan yang lebih parah, menjadi redup dan rusaklah hati ini.



Saudaraku, demikianlah anggota tubuh kita berpuasa. Hati, mata, lidah, telinga dan perut ini, kesemuanya adalah senjata untuk memperoleh kesempurnaan puasa kita. Maka dari itu, jagalah mereka dengan sebaik-baiknya. Kendalikan mereka agar tetap berada pada jalur takwa, dan hindarkan mereka dari hal-hal yang haram. Semoga Allah melapangkan puasa kita dan menempatkan kita pada kedudukan tinggi bersama para sahabat dan tabi’in. Amin.

Tidak ada komentar: